Kamis, 13 November 2014

Persimpangan yang rapuh

Terlihat diseberang sana
Ada sosok wanita terduduk manis bercengkerama dengan sang senja
Pandangan lurus menangkap sosok maya dalam mata
Nyata dalam asa dan kata

Senyumannya bukan memekar bahagia
Tapi bergetar untuk tegar
memastikan raga tak tertunduk lunglai
Sesekali menatap putih bergelantung untuk menyeka butir linangan…

Seperti awan hitam awal dari tetesan berkah Tuhan
Seperti garisan orange membuka bintang berdatangan
Seperti fajar yang ceria menanti mentari
Waktu hadir bersama takdir dan pergi dengan beribu tanya
Waktu berbicara dengan anggun melambaikan tangan
Terlalu Bermanja dengan waktu
Dan Ia tertinggal..

Persimpangan yang tak berujung, tak bertuan, maya
rapuh dimakan jaman, jaman tak terteka
Bibir tak jua terbuka tapi hati berteriak sudah
Tak terdengar tapi tertangkap mata
Linangan itu menghujam. Tapi Ia bertahan
Parasnya memerah, sesekali tersenyum memastikan dirinya baik-baik saja
 seperti sedang menunggu tapi tak ingin lama
memandang senja di tempat berbeda
dan disatukan dalam doa

diam, Ia sedang berdiri
senja telah pergi ditelan hitam
senyumnya mengembang bersama asa
asa yang baru
dan mungkin persimpangan yang baru
jalan yang baru
janji yang baru dengan nyata yang baru..
bukan maya, bukan dusta

~iimoen~






6 komentar: