Masih
dengan prinsip yang sama yang selama ini aku pegang dengan kuat dan takkan aku
biarkan MALAS merusak semua prinsipku. “SELAMA MASIH BISA DATANG TEPAT WAKTU.
MENGAPA HARUS TERLAMBAT?” itulah bunyi prinsipku. Kecil memang menurut kalian
yang membacanya. Tapi sungguh besar pengorbanannya untuk menjadikannya nyata
dan lebih hidup. Tidak ada yang sulit di dunia ini. Karena Allah menciptakan manusia
untuk berusaha, berusaha, dan berusaha. Aku bulatkan niat dan tekad serta Mengumpulkan
semangat. Dan alhamdulillah prinsip itu begitu mudah aku lakukan beserta
keyakinan, berusaha, dan menjalaninya dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Ada
kenikmatan tersendiri rasanya datang tepat waktu dari pada terlambat. Selalu aku
awali pagi dengan hal hal yang indah. Karena indahnya hari bagaimana kita
mengindahkan hari atau tidak. Jangan salahkan hari. Tapi salahkan diri sendiri
yang menjadikan hari ini tidak indah dan tidak menyenangkan.
Jika
ada seseorang berkata “HIDUP ADALAH PERSAINGAN” aku akan tersenyum saat
mendengarnya. Boleh-boleh saja. Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda. Dan
sudut pandang yang berbeda. Karena beda kepala berarti beda isi.
Aku
analisis pernyataan “HIDUP ADALAH PERSAINGAN” itu. Jika hidup adalah PERSAINGAN
maka dalam persaingan itu pastilah ada rasa dendam atau ketidaksukaan. Syetan
menghampiri dan masuk kedalam celah PERSAINGAN. Dan menaburkan rasa benci dan
ketidaksukkan kepada orang-orang yang menggebu perasaannya dalam persaingan. Bisa
saja menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Dalam bibit itu syetan
selipkan rasa “kebanggaan terhadap diri sendiri” dan sikap itu adalah termasuk
kedalam bagian dari sombong. Akibat persaingan pulalah satu manusia merasa
lebih dari manusia lainnya dan meremehkan orang lain menjadi hal yang paling
tidak berguna.
Tidak
ada dalam benakku berkata “HIDUP ADALAH PERSAINGAN”. Tapi yang ada dalam
benakku adalah “HIDUP ADALAH PENGORBANAN”.
Singkat
cerita…
Seorang
teman yang berlenggok manis didepanku. Berkata memuji dengan indah. Tapi sayang
dibelakangku dia menaruh dendam dan ketidaksukaan kepadaku. Padahal aku sepenuh
hati menganggapnya seorang teman. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu. Tapi sayang
dia menganggapku seorang musuh. Entah heran aku dibuatnya. Terlihat jelas dari
raut wajahnya itu. Semanis apapun dia berkata padaku. Tapi pahit dendam itu
lebih lebih terasa terpampang jelas depan wajahku. Ya Tuhan ! apakah ini
seorang teman? Apa salahku? Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk
teman-temanku. Dan aku akan selalu jujur. Apakah sikapnya adalah cerminan
sikapku pada orang lain Tuhan? Tunjukan aku jalan… aku tak ingin tersesat dalam
kebencian…
bibit
persaingan itu dia pampangkan jelas di depanku. memberikan lampu hijau dan
seolah mengajakku berperang. tapi sayang aku tidak menghiraukannya. karena
prinsipku adalah "HIDUP ADALAH PENGORBANAN” bukan “PERSAINGAN”.
Bagaimanapun
hasilnya. Itu adalah pengorbananku dalam berusaha mencapai titik terbaikku. Jika
hasilnya minim aku akan tetap bersyukur karena aku masih sangat kuat berkorban.
Dan jika hasilnya memuaskan. Beribu syukur aku panjatkan karena pengorbananku
yang menagntarkanku pada titik terbaik. aku selalu merasa puas dengan apa yang aku korbankan. aku masih mempunyai beribu semangat yang mungkin tidak semua orang punya.
biarkan dia hidup dalam persaingan. karena setiap persaingan ada kalanya titik jenuh itu tumbuh. dan kepuasan hanya bersifat sementara. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar