Rabu, 28 Maret 2012

Mereka Kuat dan Aku tidak

Jalan Soekarno-Hatta memang jalan utama di kotaku. Tak heran jika setiap pagi dan sore jalanan begitu padat dan menyebabkan macet yang lumayan panjang. Jalanan penuh dengan para pekerja, mahasiswa, dan para pelajar yang hendak pergi ke kantor dan sekolahnya masing-masing. Motor saling mendahuluipun menjadi tontonan menarik. Pejalan kaki yang nakal membuat para pengguna jalan kesal karena tidak memanfaatkan jembatan penyebrangan dengan baik. itu mungkin sudah hal biasa. Karena waktu yang singkat dan cepat sebagai alasan berdalih untuk tidak menggunakan layanan pemerintah yang sudah disediakan untuk masyarakat. Memang susah membawa masyarakat Indonesia ke masyarakat yang madani. Sikap tradisional yang sudah benar-benar melekat ini menjadikan adat istiadat yang susah untuk dihilangkan.
Pukul 07:30 Aku harus sudah menerima mata kuliah ilmu administrasi negara. Bersama Bapak Haris Subhan yang menurutku beliau begitu hebat dalam menyampaikan ilmu. Berdiskusi seputar permasalahan-permasalahan Indonesia dan berfikir bagaimana cara keluar dari masalah tersebut. Aahhh… terkadang geram setiap hari Aku harus selalu membahas permasalahan  Indonesia yang sampai sekarang belum ditemukan akar permasalahannya. Tapi menarik juga. Nasionalisme Kita tumbuh dengan tujuan yang sama yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang tentu akan lebih  baik lagi dan sejajar dengan negara maju lainnya seperti Jepang, China, Korea, dan pastinya Malaysia. Beliau marah ketika ada seorang mahasiswa berkata “Indonesia tak akan pernah maju” . Beliau berkata mahasiswa adalah agent of change. Yang jelas merupakan penerus bangsa selanjutnya. Perkataan adalah doa. Berdoalah untuk Indonesia yang lebih baik lagi. Dan jangan men-JUDGE yang buruk terhadap Indonesia. Keluarkan nasionalisme Kita sebagai Rakyat Indonesia. Setidaknya Kita berfikir apa akar permasalahan Indonesia dan bagaimana cara keluarnya walaupun Kita saat ini belum bisa melakukan apa-apa utnuk Indonesia. Tapi 5 tahun yang akan datang? Kita datang sebagai penerus bangsa yang harusnya baik. Berfikirlah apa yang akan kita berikan kepada bangsa kita jangan berfikir apa yang telah bangsa berikan kepada kita.

100 menit bertemu seorang yang hebat yaitu beliau merupakan hal yang menarik. Mata kuliah berakhir dan siangpun datang. Tugas memang santapan untuk para mahasiswa. Berbentuk karya-karya ilmiah yang original kita buat dari tangan kita sendiri. Tantangan yg menarik dan tugas yang beliau berikan saat itu adalah membuat makalah tentang akar permasalahn Indonesia. Menantang dan termotivasi !!!!
Jam kuliah berakhir dan Akupun pulang. Setia menggunakan kendaraan umum yang efisien dan efektif. Setelah Aku turun dari mobil angkutan kota. Ada seorang anak kecil manghampiriku.
“Kak, minta uang Kak, Saya mau pulang kehabisan ongkos” perkataannya membuatku kaget.
“Emang Ade dari mana sayang? Qoq sendirian? Mamahnya mana?” Aku menjawab dengan menundukkan kepala alhasil kini wajahku sejajar dengannya.
“Mamah di rumah Kak”
“Kenapa Ade disini?”
“Mama menyuruhku untuk mengemis Kak, tapi Aku tidak mau. Aku lebih memilih kerja sebagai jasa pengangkut barang di pasar itu. Tapi semua uangku di ambil oleh preman pasar Kak, dan Aku tidak bisa pulang” kaget Aku dibuatnya. Ternyata ada seorang Ibu yang menyuruh anaknya mengemis padahal anak-anak harusnya masih dalam masa bermain dan semua kebutuhannya harus dipenuhi. Sedih rasanya. Aku berandai bagaimana jika Anak yang sedang ada didepanku ini adalah Adikku sendiri. Aku begitu tidak tega melihatnya
            “Yasudah, sekarang Kakak antar kamu pulang ya”
            “Iya Kak. Rumahku lumayan dekat”
Dan Akupun mengantarkannya ke rumah. Menggunakan Angkutan Kota kembali. Rumahnya lumayan jauh. Di perjalanan Adik itu bercerita mengapa Ia tidak bersekolah. Mengapa Ia di paksa untuk mengemis. Aku terharu saat itu. Entahlah aku ingin begitu menangis. Ternyata Aku harus selalu bersyukur. Bahwa masih banyak yg kurang beruntung dariku.
            Dan akhirnya sampai. Kaget ketika aku sampai di pemukiman yang biasa orang bilang kumuh. Semua rumah terbuat dari kaleng2 bekas. Dan bahkan dari kardus, ada pula yg berdinding bilik rapuh yang sudah semakin goyang. Banyak sampah yang berserakan seolah seperti teman yang menemani. Pemulung disinilah tempat mereka. Dan bahkan kampung ini di namai Kampung pemulung yang didalamnya puluhan kepala keluarga yang jauh dari hidup cukup. Adik itu bercerita makanpun jika tidak dapat untuk hari ini maka Ia sekeluarga tidak akan makan. Menjerit hati ini betapa tidak? Aku selalu makan enak semua yang Aku inginkan terpenuhi. Tapi mereka? Makanpun tidak tentu. Lebih baik berpuasa setiap hari. Tapi tidak sedikitpun Aku melihat wajahnya penuh penyesalan penuh keluh kesah. Sabar dan ikhlas adalah kunci ini semua. Aku kagum kepada Adik ini. Ia ternyata lebih dewasa dariku yang pautan umurnya lebih tua. Aku malu kalah dengan seorang bocah seumuran 10 tahun sepertinya.
            Aku semakin mengerti mengapa Ibunya menyuruh Adik ini mengemis. Ini masalah ekonomi. ini bukan hanya masalah Adik ini saja. Tapi masalah kita juga dna tentunya masalah bangsa Kita. Aku sadar Indonesia pasti selalu memberikan yang etrbaik utnuk para warganya.
YaAllah, kuatkan hati mereka. Jangan sampai mereka menjadi kufur atas kemiskinannya. Aku percaya dibalik ini semua. Telah Engkau siapkan kebahagiaan yang indah untuk mereka”.

AMBIL HIKMAHNYA ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar