Rabu, 01 Mei 2013

BBM naik?

"antrian panjang sampai berkilo-kilo meter terjadi di beberapa kota di Indonesia. bahkan banyak SPBU yang menuliskan "SOLAR HABIS" karena stoknya yang menurun karena banyaknya permintaan dari masyarakat yang padahal sudah dinaikkan kuotanya menjadi 30 ton perhari dari 20 ton perhari. diduga banyaknya penimbunan BBM yang menyebabkan antrian panjang ini, dan keresahan warga terhadap kegamangan Pemerintah dalam menetapkan status BBM antara naik atau tidak, saya melaporkan dari kota Kaya Minyak".
ya setidaknya kalimat diatas dapat menggambarkan bagaimana situasi saat ini di Indonesia. yang banyak di beritakan di breaking news di channel tv mana-mana dan selalu dijadikan headline news. hal ini efek dari kegamangan pemerintah yang tidak dapat memberikan kepastian yang benar-benar kepada masyarakat tentang BBM. menjadikan masyarakat takut dan ini dapat disebut dengan teror !

dengan adanya wacana kenaikan BBM ini tentu saja menimbulkan PRO dan KONTRA di dalam masyarakat. tetapi banyak yang menolak karena dampak dari kenaikan BBM ini akan menimbulkan efek domino dalam masyarakat. yang KONTRA mungkin lebih kepada sudut pandang keadaan masyarakat kita yang ternyata setengahnya adalah menengah ke bawah. dan yang PRO mungkin lebih kepada sudut pandang kedepan tentang bagaimana indonesia kelak. dan lebih berfikir kepada keadaan indonesia saat ini dengan data-data ekonomi mikro dan makro.

mungkin banyak pertanyaan dibenak kita...
1. kok Indonesia BBMnya mahal? kenapa ngikutin harga minyak dunia? kan Indonesia penghasill minyak bumi juga dan kaya akan minyak bumi? kok masih mahal ya?
2. oiya, kita kan banyak kilang-kilang minyak bumi dari sabang sampe merauke, tapi kok selalu impor sih untuk BBM? gak ngerti deh!
3. trus kenapa pemerintah harus menaikan harga BBM? :O

mungkin itulah sekilas pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat untuk pemerintah 
nah disini saya akan mencoba menjawab dengan apa yang saya tahu dan pelajari ^^
Anda bisa menganalogikan Negara=ibu, Rakyat=anak, dan Pasar minyak dunia=pedagang es krim.
jika anak membutuhkan 13 mangkok es krim per hari dan sang ibu hanya mampu membuat 9 mangkok per harinya,
maka ibu harus membeli 4 mangkok lagi di pedagang es krim.
jika ibu membuat eskrim hanya menghabiskan biaya Rp 4500/ mangkok,
sedangkan pedagang es krim menjual es krimnya dengan harga Rp 9000/ mangkok.
sang Anak meminta ibunya harus membeli es krim ke pedagang hanya dengan harga 4500/mangkok.
jika ibu menurutinya, bukankah itu konyol?
memangnya siapa ibu sampai bisa memaksa pedagang es krim memberikan harga setengah dari harga aslinya?
padahal ibu bukan produsen dari es krim yg dijual pedagang tersebut.
itulah yang terjadi dengan negeri ini.
Rakyat meminta negara menetapkan sendiri harga minyak, padahal Indonesia membelinya di pasar minyak dunia. Dan tak ada minyak Indonesia yang dijual disana. semua sudah habis dimakan sendiri.
lalu apa power kita untuk menetapkan harga minyak dunia?
konyol bukan?

dibawah ini ada percakapan antara dosen dan mahasiswanya !
Dosen : “Kita kan kaya dengan sumur-sumur minyak, mulai dari sabang sampai merauke. Di Jawa saja banyak ditemukan sumur-sumur minyak yang baru, tapi kenapa dari dulu harga minyak nggak turun-turun, dan minyak yg kita punyai nggak bisa membuat masyarakat kita makmur seperti di negara-negara Arab atau bandingkan saja dengan Malaysia yang hanya mempunyai 2 daerah pengeboran minyak di Terengganu dan pesisir pantai utara Kalimantan (Serawak dan Sabah). Tapi kontribusi petronas (pertaminanya Malaysia) terhadap negara hampir 60 milyar ringgit per tahun.”
Temannya : “Harap tahu saja yah en, memang betul kita banyak sumur-sumur minyak. Tapi yang kita sedot adalah yang mentahnya (crude oil). Kemudian minyak mentah ini nggak diolah sendiri, tapi langsung dikirim ke singapura untuk diolah di sana. Nah baru setelah menjadi minyak, seperti yang kita pakai untuk kendaraan, baru dikirim kembali ke Indonesia dengan harga yang berlipat-lipat kali.”
Dosen : “Kenapa seperti itu? Apakah kita nggak punya pabrik/kilang pengolahannya? Dan kenapa nggak dibangun di sini. Kalau memang kita nggak punya….”
Temannya : “Nah, di sini permasalahannya, minyak mentah kita dikuasai oleh golongan elite tertentu. Nah mereka ini juga berperan sebagai broker, pengeksport dan sekaligus pengimport. Mereka nggak mau buat kilang pengolahan minyak, minyak mentah menjadi minyak jadi, karena jika ada pabrik itu di sini, mereka nggak bisa mengekspor minyak mentah dan mengimpor minyak jadi ke sini dan mereka akan kehilangan komisi. Kalau sampai semuanya dibuat di sini, artinya tanpa bekerja susah-susah mereka sudah dapat komisi dari selisih harga ekspor minyak mentah dan import minyak jadi.”
Dosen : “Kenapa mereka didiamkan, nggak diberantas? Kan merugikan negara dan rakyat kita.”
Temannya : “Susah mau memberantas mereka karena mereka kuat dan dibacking dari dalam dan dari luar negara.”
Dosen : “Tapi masa kita biarkan keadaan ini berlangsung terus menerus?”
Temannya : “Kita perlu punya pemimpin yang berani dan nothing to lose dan tidak terikat dengan perjanjian-perjanjian dengan kelompok2 tertentu baik di dalam dan di luar negara, baru mafia ini bisa diberantas.”
Dosen : (Dalam hati) “Kapan yah kita punya pemimpin seperti ini, yang berani, dan meletakkan kepentingan negara dan rakyatnya di atas kepentingan pribadi dan golongan.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar