Minggu, 13 Mei 2012

CERPEN : KETIKA IKHWAN JATUH CINTA


Teringat saat itu. Aku dan Kamu tidak sengaja bertemu. Di sebuah jalan yang dipadati orang-orang sibuk berlalu lalang. Kamu menabrakku dari belakang dan seketika semua buku yang Aku pangku Kamu buat berceceran tidak karuan. Aku ingin marah saat itu. Tapi kebiasaanku menahan marah menjadikan Aku mencoba untuk menarik nafas dan lepaskan amarah itu jauh-jauh. Aku langsung merunduk segera meraih buku buku referensiku untuk bahan skripsi yang Aku pinjam dari perpustakaan daerah.

Saat Aku meraih satu buku itu. Aku tak sengaja melihat dan memandang wajahmu. Mungkin tidak sampai 20 detik. Tiba-tiba Kamu menundukkan pandanganmu kepada bukuku yang tinggal satu yang belum Aku raih. Dan saat itu Kamu berulang kali mengucapkan maaf beribu maaf dengan tetap pandanganmu menunduk. Aku tau maksud Kamu menundukkan pandanganmu dariku. Aku malu. Kamu tau? Hari itu Aku merasa menjadi wanita yang paling sempurna, beruntung dan begitu di hormati. Mengapa tidak? Bertemu seorang Ikhwan yang memilih menundukkan pandangannya dari seorang Akhwat karena ingin menjaga kehormatan matanya dan menghormati seorang Akhwat yang suci. Subhanaallah!!

Maap ukh, Aku menabrakmu. Aku tidak sengaja” paparmu penuh senyum.
“Tidak apa-apa. Terimakasih” Aku tersenyum membalas.
“Baiklah. Aku duluan. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Singkat percakapan Aku dan Kamu saat itu. Identitas yang Aku tahu hanyalah Kamu sebagai seorang dokter. Karena saat itu Aku melihat pada tangan kirimu Kamu memangku jas khas seorang dokter dan berkacamata.

***
Setibanya di rumah.
“Ummi, tadi Aku bertemu dengan seorang pria. Dia menabrakku dari belakang saat Aku jalan menuju pulang di Jl. Salemba”. Curhatku pada Ummi.
“Tapi kamu tidak apa-apakan Nak?”.
Tidak Ummi. hanya semua buku yang Aku pangku berjatuhan semuanya. Tapi Dia membantuku Ummi. Entah kenapa Aku merasa malu saat melihatnya dan tidak sengaja memandangnya”
“Trus dia meminta maaf?”
“Iya Ummi. Bahkan beribu maaf dan Dia memanggilku Ukt. Entah kenapa saat itu Aku merasa sedang jatuh cinta Ummi. sepertinya Dia seorang Ikhwan yang baik. Dia memilih menundukkan pandangannya dariku. Aku begitu tersipu saat itu”
“Itu namanya jatuh cinta pada pandangan pertama Sayang” Ummi menggodaku.
“Ah, Ummi ini bisa saja. Mungkin saja Ummi. Aku ingin bertemunya kembali. Apakah bisa ya Ummi”
“Insya Allah sayang, memintalah kepada Allah untuk dipertemukannya kembali dengan cara yang baik”
“iya Ummi. terimakasih” Aku memeluk Ummi.
Nasehat Ummi begitu hangat dalam hatiku. Aku takkan lelah untuk berdoa agar dipertemukan dengannya kembali. Kejadian saat itu Aku simpan dalam ingatan dan hatiku. Apakah ini takdir Allah dengan tidak sengaja mempertemukan Aku dan Kamu saat itu. Entahlah !!!

***

Aku kembali kepada semua aktifitasku. Dan Aku masih menyimpan hangat nasehat Ummi. Aku sibuk menyusun skripsi untuk kelulusanku nanti. Perjalanan yang masih panjang menurutku. Walau disibukkan dengan penulisan skripsiku, Aku tidak pernah lupa mengunjungi Rumah Quran yang Aku dirikan yang tidak jauh tempatnya dari rumahku. Di Rumah Quran ini Aku memberikan pengajaran dalam membaca Al-Quran dan hafalan shalat bagi anak-anak SD dan SMP dan ada juga anak-anak jalanan. Hobbiku mengajar dan bercengkrama dengan anak-anak membuatku mendirikan Rumah Quran ini. Aku tidak sendiri mengatur Rumah Quran ini. Aku di bantu oleh sahabatku Aisyah. Dia sahabatku dan bahkan Aku sudah menganggapnya saudaraku sendiri. Kedekatan Kita dan kesamaan tujuan Kita dalam membentuk Insan Qurani mengantarkan Kita kerjasama dalam Rumah Quran.

Tidak terasa sudah 6 bulan berlalu. Peristiwa Aku dan Kamu saat itu masih terasa hangat dalam benakku. Aku sadar itu, dan bahkan menjadi mustahil. Yang Aku lakukan saat ini hanyalah berdoa pada Allah. Meminta izin untuk dipertemukan denganmu lagi. Entah kapan itu akan Aku menunggu. Penulisan skripsiku sudah selesai. Sidang skripsi sudah Aku lewati dengan tenang. Nilai cumclaude sudah Aku dapatkan. Beribu syukur Aku panjatkan kepada Allah. DIA memudahkan segala urusanku. Dan memberikan hadiah cumclaude atas semua usaha dan pengorbananku selama empat tahun berkuliah.

Kini tinggal menghitung hari Aku berwisuda. Merayakan keberhasilanku dengan Ummi. Sayang, Abi tidak bisa merasakannya. Karena tiga tahun yang lalu Abi pergi meninggalkanku. Wasiatnya yang terakhir hanyalah menitipkan Ummi padaku agar Aku bisa menjaga dan melindungi Ummi. Abi sudah tenang disana. Dan sekarang ada Ummi dan Aku berhasil membuat Ummi bangga.

***

Hujan turun membasahi bumi. Menemani sepiku yang hanya bisa mengingat kejadian bersamamu saat itu. Pertemuan singkat namun berkesan. Terkadang Aku merasa lelah. Karena Tak kunjung Aku bertemu kembali denganmu. Entahlah apa yang Aku rasa. Seperti mencintai tapi dengan tak pasti. Aku tidak berani memulainya dahulu. Aku lebih memilih mencintai dalam diam dalam keheningan sepertiga malam dan Aku curahkan semuanya kepada Allah. Dan Aku serahkan semuanya pada Allah. Allah Maha Tahu dan Menghendaki.

“Khanza, ada surat untukmu Nak” Ummi memecahkan lamunanku di daun jendela sembari melihat hujan.
“Ummi, surat dari siapa?”
“Ummi tidak tahu, disini tidak ada nama pengirimnya. Coba buka sama Kamu. Mugnkin Kamu kenal nanti” Ummi menyerahkan surat itu sambil tersenyum dan beranjak pergi sampai termakan daun pintu.
Hati bergelut dengan beribu pertanyaan. Surat dari siapa? Aku tidak pernah sebelumnya mendapatkan kiriman Pak Pos. Tapi tertulis jelas namaku di depan amplop panjang itu.
Aku buka perlahan.

Assalamualaikum.
Hai ukhti khanza dengan beribu pesona hingga membuat hatiku terpana. Masih ingatkah Kamu denganku? Aku dan Kamu pernah bertemu dengan tidak sengaja di Jl. Salemba. Aku tidak sengaja menabrakmu. Saat itu Aku sedang buru-buru karena ada pasien yang sedang menungguku. Aku tahu Kamu tidak marah. Terimakasih.
Aku tahu alamat Kamu dari Aisyah. Dia sahabat Kamu kan? Dan Dia juga adalah keponakanku. Saat Aku tidak sengaja menjatuhkan semua buku-bukumu Aku tidak sengaja melihat kartu pengenal Rumah Quranimu. Dari saat itu Aku menanyakanmu pada Aisyah dan Aku menyuruh Aisyah untuk tidak memberitahumu.
Aku bersyukur, Allah mempertemukan Aku dan Kamu walau tidak sengaja. Entah apa yang Aku rasa saat itu. Saat Kamu memandangku. Aku memilih mununduk. Saat itu Aku tidak mau mengkotori mata dan hatiku hanya dengan setitik nafsu.
Berbulan-bulan Aku memantapkan hati dan berdoa pada Allah. Dan akhirnya Aku dengan keyakinanku bahwa Kamulah bidadariku kelak.
Sabtu besok. Aku dan keluargaku akan datang kerumahmu untuk mengkhitbahmu.[1]
Aku berharap kamu menerimanya.
Wassalamualaikum
~ALIF RAHMAN AL-RASYID~
Menangis Aku membacanya. Ternyata surat dari Kamu. Yang selama ini aku harapkan untuk bertemu kembali. Allah menjawab semua doaku. Mempertemukanku dan Kamu kembali dengan cara yang baik. Terimkasih Ya Allah.
Sabtu datang. Alif dan keluarganya benar-benar datang dan meng-khitbahku. Aku dengan yakin menerima khitbahnya. Dengan restu Ummi Aku dan Alif akan menikah.
Wisuda di temani calon suami. Itulah indahnya mencintai dalam diam. Terimakasih Ya Allah.


[1] Khitbah = Melamar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar